SLIDE-1-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-2-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-3-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-4-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-5-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

Kamis, 24 November 2011

SANG PIANIS

Paris, 17 Desember 2007

PAGI itu, jalanan sepi. Dinding-dinding dan trotoar bisu. Bermacam mobil berjejer di pinggir jalan. Dari kejauhan terlihat seorang perempuan buta mengenakan kacamata hitam, berjalan dengan bantuan tongkat, melewati gang-gang sempit. Tanpa kesulitan menentukan gang mana yang akan dilewati. Lalu melewati beberapa flat yang dihuni orang-orang sibuk yang mengurusi urusannya sendiri-sendiri. Langkahnya serupa kupu-kupu yang perlahan-lahan hinggap di dahan-dahan pohonan atau di tangkai bunga, pelan namun tanpa sedikit pun terlihat ragu-ragu. Perempuan itu terus berjalan dengan tuntunan tongkatnya, melewati pintu dan jendela-jendela kamar yang tertutup. Entah kemana tujuannya, dia sendiri tidak tahu. Di pikirannya ada suatu kehendak untuk berjalan-jalan, seolah ingin merasakan suasana yang berbeda. Maka itulah yang dia lakukan, seperti yang saat ini kita lihat, dia sedang menikmati suasana hatinya, dia sedang memenuhi kehendak pikirannya, dia sedang berjalan-jalan.
            Jika kau memperhatikan wajahnya sedikit lebih lama, mungkin kau juga akan menduga bahwa wajah perempuan buta itu begitu menyerupai Audrey Tautou, di film Le Fabuleux Destine d’Amelie Poulaine, film yang pernah kita tonton berdua di bioskop France 3 Cinema dulu, maka seperti itulah wajahnya.

Selasa, 08 November 2011

KALIMANTAN

           Setiap malam, selalu aku lalui dengan mata yang terbuka lebar. Mungkin sampai jam dua atau bahkan jam tiga. Dan yang aku lakukan sangat monoton. SMS-an atau membaca buku. Terkadang hanya berdiam diri, mengingat-ingat kejadian yang sudah berlalu, atau mungkin mencoba merencanakan sesuatu. Tetapi tidak untuk semalam tadi. Aku tidak SMS-an, mendengarkan musik ataupun membaca buku. Transmigrasi. Kamu tahu apa artinya? Berpindah dari habitat dan adat yang sudah membesarkan kita. Entahlah, aku sangat ngeri dengan kata itu.

SETELAH SISA-SISA KEMARAHAN

Nyanyian yang berterbangan dari mulutmu
dan suara petikan gitar yang mematahkan tiang-tiang sepi
telah merambati tanah, akar pohonan, memantul dan berloncatan
meledak di perut kegelapan
berulang-ulang terngiang di gendang telingaku,
membuatku hampir terbunuh

Ingatan ini perlahan menguap
setelah sisa-sisa kemarahan tumpah dari mulutmu
dan kesedihan telah diterbangkan angin ke arah lain
kita pun berpeluk dan berciuman kembali
melekat seperti kain. Kerinduan kita telah berpilin,
tamatlah riwayat sepi
kembali kutulis lagi puisi demi puisi

November



Minggu, 06 November 2011

SEPASANG SAYAP

KETIKA aku datang ke kosnya dengan sayap yang mengembang, ternyata dia sedang tiduran dipangkuan perempuan lain sambil memainkan jarinya yang lentik dan indah. Perempuan itu mengusap-usap rambut kekasihku yang tidak beraturan. Aku memandangi mereka di depan pintu tanpa ekspresi yang jelas. Dan ketika kekasihku bangun, aku bersembunyi di balik dinding. Setelah beberapa saat, aku melihat mereka lagi, sedang berpelukan di atas ranjang tanpa melakukan apapun. Aku duduk di lantai dengan posisi mereka memunggungiku. Aku menunggui mereka tidur sambil tetap berpelukan. Air mataku mulai menetes dan membasahi lantai kamarnya. Aku menangis tanpa suara, tapi semua orang yang berada pada posisiku pasti mengerti, hatiku menjerit meronta-ronta dengan kepalan jemari yang dipukulkan ke tembok. Aku rasa, dia dan perempuan itu tertidur. Aku tersenyum, tapi sayap kiriku patah. Setelah beberapa jam menunggui, belum juga mereka bangun. Aku duduk terdiam sambil berpikir hal apa yang akan aku lakukan ketika kedua orang itu terbangun dan memergokiku ada di ruangan itu. Apakah aku akan tetap tersenyum, atau aku akan membunuhnya? Tidak mungkin. Aku tidak akan tersenyum, apalagi tega membunuh dua manusia itu. Aku sangat dibingungkan dengan posisiku saat ini. Perempuan itu bukan temanku, tapi juga bukan musuhku. Padahal aku mengenalnya. Sedangkan lelaki itu adalah orang yang sangat aku cintai, aku bangga memililinya, segala kepercayaan aku tumpahkan kepadanya, tapi ternyata dibelakangku dia berkelakuan seperti itu. Aku lelah berpikir. Aku tengok sayap kananku, dia mengepak-epak tidak jelas. Kemudian aku menunduk.