Minggu, 06 November 2011

SEPASANG SAYAP

KETIKA aku datang ke kosnya dengan sayap yang mengembang, ternyata dia sedang tiduran dipangkuan perempuan lain sambil memainkan jarinya yang lentik dan indah. Perempuan itu mengusap-usap rambut kekasihku yang tidak beraturan. Aku memandangi mereka di depan pintu tanpa ekspresi yang jelas. Dan ketika kekasihku bangun, aku bersembunyi di balik dinding. Setelah beberapa saat, aku melihat mereka lagi, sedang berpelukan di atas ranjang tanpa melakukan apapun. Aku duduk di lantai dengan posisi mereka memunggungiku. Aku menunggui mereka tidur sambil tetap berpelukan. Air mataku mulai menetes dan membasahi lantai kamarnya. Aku menangis tanpa suara, tapi semua orang yang berada pada posisiku pasti mengerti, hatiku menjerit meronta-ronta dengan kepalan jemari yang dipukulkan ke tembok. Aku rasa, dia dan perempuan itu tertidur. Aku tersenyum, tapi sayap kiriku patah. Setelah beberapa jam menunggui, belum juga mereka bangun. Aku duduk terdiam sambil berpikir hal apa yang akan aku lakukan ketika kedua orang itu terbangun dan memergokiku ada di ruangan itu. Apakah aku akan tetap tersenyum, atau aku akan membunuhnya? Tidak mungkin. Aku tidak akan tersenyum, apalagi tega membunuh dua manusia itu. Aku sangat dibingungkan dengan posisiku saat ini. Perempuan itu bukan temanku, tapi juga bukan musuhku. Padahal aku mengenalnya. Sedangkan lelaki itu adalah orang yang sangat aku cintai, aku bangga memililinya, segala kepercayaan aku tumpahkan kepadanya, tapi ternyata dibelakangku dia berkelakuan seperti itu. Aku lelah berpikir. Aku tengok sayap kananku, dia mengepak-epak tidak jelas. Kemudian aku menunduk.
Beberapa jam telah meninggalkanku, sepertinya aku tertidur sangat lama. Aku lihat diranjang itu tidak ada siapa-siapa. Tidak ada perempuan itu, tidak juga lelakiku. Mataku memperlihatkan kegugupan. Sayapku masih mengepak-epak tidak jelas, tapi sayap kiriku memang benar-benar sudah patah. Dan entah sekarang berada dimana. Mungkin sudah menjadi debu karena ditiup angin.
Sayang, sejak kapan ada disini?”
Tanya seorang lelaki yang muncul di pintu masuk. Aku tersenyum padanya.
Apakah aku baru saja tidur?”
Hem, entahlah. Aku baru saja datang. Ketika aku pergi, apa kamu selalu tidur di kosku seperti ini? Maaf aku tidak mengabari kalau hari ini aku sampai Yogya. Aku kira kamu masih sibuk dengan urusanmu, aku hanya tidak ingin merepotkanmu karena kedatanganku. Tapi ternyata kamu sudah disini ketika aku kembali,” katanya dengan sangat manis.
Aku terbengong, apa yang aku lihat sebelum tertidur tadi sebenarnya hanya sebuah mimpi? Selama dia pergi, aku tidak pernah datang ke kosnya. Niatku kesini karena aku ingin bertemu dengannya karena aku mendengar kabar bahwa kemarin dia sudah sampai Yogya. Benarkah semua hanya mimpi? Tapi kenapa sayapku patah? Apakah sebuah mimpi mampu mengubah sesuatu yang nyata, seharusnya tidak.
Sayang?”
Maaf, aku masih bingung dengan semua kejadian ini. Sepertinya aku terbawa mimpi.” Kataku dengan sangat gegabah. Tapi aku benar-benar tidak tahu dengan hal apa yang harus aku lakukan. Otakku berperang didalamnya. Aku ingin memaki lelakiku, tapi apa bukti kelakuannya, perempuan itu tidak ada diruangan ini. Mungkin aku hanya bermimpi. Tapi aku yakin dengan apa yang sebelumnya terjadi meskipun aku sangat pelupa. Aku memeluknya erat-erat untuk menghilangkan kebimbangan.
Kau sangat rindu padaku? Begitu eratnya tanganmu memelukku.”
Iya, aku sangat merindukanmu,”
Padahal aku memeluknya hanya ingin menghilangkan kebimbangan hati. Tidak mungkin aku memfitnahnya, jika benar perempuan itu benar-benar tidak ada.
Tidurlah, kamu pasti masih lelah. Seharusnya aku tidak datang hari ini agar kamu bisa istirahat lebih dulu. Aku mau pulang,”
Lho, lho, kenapa? Aku senang ada kamu disini, menyambutku ketika aku pulang. Temanilah aku, sebentar saja,”
Aku mulai merasa mungkin ucapannya benar, dari dulu aku tidak pernah mengecewakan permintaannya. Mungkin sekali ini saja, aku harus mengecewakannya karena aku masih benar-benar merasa bingung.
Tidak, apa yang kamu bilang adalah benar. Aku masih ada urusan lain, aku hanya menyempatkan diri untuk bertemu denganmu,”
Dia melepaskan pelukannya. Begitu juga aku.
Aku pulang dulu ya. Jangan lupa nanti makan, atau kamu mau aku pesankan sekarang?” kataku mencoba dengan riang.
Ah, tidak usah. Biar nanti aku pesan sendiri di warung depan kos. Hati-hati, ya sayang. Aku sayang kamu,”
Aku tersenyum, kemudian mencium keningnya. Mengambil tas, kemudian menuruni anak-anak tangga yang berwarna muram. Aku lihat, dia tidak mengantar kepergianku. Aku tengok sayapku yang hanya sebelah. Dia mengepak-epak dengan sangat tidak jelas, kemudian jatuh menuruni tangga sendiri. Aku tersenyum. Mungkin benar, semua tidak nyata, kataku bertentangan dengan hati. Aku menuruni tangga sampai lantai dasar. Setelah benar-benar merasa ingin pergi, aku berlari ke motor dan meninggalkan tempat kos itu dengan hati yang hampa.

KARENA merasa lelah, aku berhenti ditempat makan yang nuansanya remang-remang. Aku ingin menyendiri dikeremangan. Setelah meletakkan tas dikursi, tepat di depanku ada perempuan yang tadi ada di kos. Aku mencari tempat lain yang tidak dekat dengannya, tapi bisa dengan jelas melihatnya.
Beberapa menit kemudian, nampak lelakiku datang dengan membawa rangkaian bunga berwarna merah. Aku tersenyum melihatnya. Aku tahu, dia pasti akan bertemu perempuan itu. Benar, lelakiku mengecup keningnya, kemudian memberikan bunga itu dengan sangat romantis. Mereka sudah seperti Romeo-Juliet. Aku tersenyum. Mereka terlihat sangat senang makan bersama dikeremangan ruangan ini. Rembulan yang hanya setengah berada tepat di atas kepalaku. Dan dibagian selatan, lima bintang bersinar penuh keraguan. Kadang nampak, kadang pula tidak. Pohon-pohon kelapa terlihat ketidaksempurnaan daunnya karena berjejari. Dibelakangku, rerimbunan bambu menyebabkan angin dengan lembut meniup tengkuk leher. Ya, malam ini memang sangat sempurna kesedihannya. Tuhan berhasil menciptakan rasa yang sangat dia suka, mungkin. Sekali lagi aku lihat rembulan, ah, mungkin hanya setinggi tiga meter dari kepalaku. Ingin aku tampar mukanya yang seakan tersenyum mengejekku.
Tanpa sadar, tubuhku menghilang dari dunia.

13 July 2011
15: 21

0 komentar:

Posting Komentar